Kamis, 01 Mei 2008

Transformasi Vandalisme


Sebetulnya ini manekin yang polos. Tetapi karena teronggok begitu saja mulailah tangan-tangan jahil beraksi. Wajah yang dipos mulai diberi coretan. Kepala di pasangi topi. Ini perusakan fungsi manekin karena kini manekin sudah sukar atau tak cocok lagi untuk memajang gaun. Dari sudut pandang lain, vandalisme melahirkan fungsi baru. Manekin jadi karya seni.

Wawancara Mata


(Mata merupakan organ tubuh manusia yang penting. Coba bayangkan bila kita tanpanya. Kita tak dapat menikmati TV, Film, komik kesayangan kita lagi .Mengingat betapa besar jasa mata bagi kehidupan manusia, ada baiknya kita wawancara sejenak untuk mendengar aspirasinya)

Penulis(P): Mata, apa yang terpenting bagi Anda sekarang?
Mata(M): Belajar Melihat dari Anak
P: Apa? Belajar melihat dari anak? Bukannya terbalik? Anak dong yang harus belajar melihat dari ortu. Karena anak belum bisa melihat bahaya mengintip disekitarnya, anak belum bisa melihat orang berniat jahat atau baik.
M: Itu benar, tapi bukan itu maksudnya.
P:Lantas?
M:Maksudnya ini,
Anak melihat berbagai hal yang dijumpainya dengan mata yang terpesona.

P: Orang Gede juga melihat dan terpesona. What’s the difference?
M: Begini, mata yang terpesona itu mata yang melihat segala sesuatu itu dengan rasa takjub dan fresh, seolah untuk pertama kalinya berjumpa. Kemampuan dan kepekaan ini juga dimiliki oleh para seniman. Namun pada anak, mata terpesona ini alamiah....
P: Ya iyalah, kan Orang bilang anak masih polos dan jujur.
M: Tunggu saya belum menyelesaikan kalimat saya...Pada orang dewasa kemampuan ini berkurang, atau bahkan sirna. Mengapa? Karena pendidikan yang terlalu menekankan pada rasio. Rasio menjadi patokan utama dan tertinggi. Akibatnya orang melihat apakah ini menguntungkan bagiku, apakah ini berguna, apa fungsinya ? Mata yang mengagumi itu tak ada lagi.Seharusnya rasio berkembang tapi tanpa membunuh kreatifitas.Untuk membangkitkannya, orang dewasa perlu banyak berlatih, langkah awalnya adalah belajar dari anak.
P: Tapi apa perlunya mata terpesona lagi?
M: Perlu dan penting sekali. Ini cikal bakal dari kreativitas.
P: Iya juga ya. Tadi katanya kita mesti belajar dari anak, lantas konkritnya gimana?
M: Itu berarti berani menanggalkan gengsi, mengesampingkan dominasi rasio, masuk dunia imanjinasi dan mengikuti dorongan bermain, tak hanya mengandalkan alam sadar tapi juga ambang sadar dan tak sadar.
P: Wah wah wah mulai ada teori-teori dan perlu waktu untuk penjelasan.Tapi sementara
cukup dulu, yang penting sudah punya gambaran kasar sekarang.
Nanti kita sambung lagi.
M: Oke, thanks.

Pake Tu Mata 2

Mata kita punya potensi dan kita dapat melatihnya agar potensi tersebut optimal.
(baca Pake Tu Mata 1) Berikut ini ada beberapa tips untuk itu.
1. Membaca cepat, latihlah mata membaca lebih banyak kalimat, tingkatkan terus.
2. Melihat Cepat (Blink) Secara sekilas mata melihat dan mengambil kesimpulan, ini kerjasama intuisi dengan penglihatan.
3. Kepekaan Mata: Koleksi semua warna coklat dari alam disekitar Anda. Daun kering, kulit kayu, tanah, ranting, biji. Kita akan melihat bahwa warna coklat yang satu berbeda dengan lainnya. Lakukan dengan warna lain. Dstnya.
4. Melihat Meditatif: Mata melihat detail alam seperti kelopak bunga, titik embun didaun, serangga kecil menenun sarang, tetes air hujan ditalang. Proses melihat tanpa beban apapun. Hanya melihat dan menikmati. Buang jauh jauh segala pretensi.

(Gambar di atas salah satu contoh foto, di foto oleh Maudy, kls 5 SD, dari hasil fotonya kita bisa melihat bagaimana ia menggunakan matanya. Ia memotret hal-hal yang ada di sekitar kita, tapi yang terlewatkan oleh mata kita.)

Pake Tu Mata

Pake Tu Mata 1

Ini adalah kata cercaan yang digunakan untuk orang yang sembrono atau kurang cermat melihat. Oke, saya termasuk yang tak setuju dengan makian yang kasar dan tak merestuinya, apapun alasannya. Namun, setidaknya makian di atas mengundang introspeksi. Kita memang sering kurang cermat melihat. Dalam konteks lebih luas, kita kurang memanfaatkan seluruh potensi mata kita. Saya percaya mata memiliki kemampuan dahsyat, namun kini hanya sekian persen yang berfungsi. Mata kita mengalami penurunan potensi karena dimanja teknologi.
Mata yang mulai minus atau plus, sebetulnya jangan buru-buru dikoreksi dengan kaca mata, ada latihan-latihan yang mampu memulihkannya. Kasus lain, kemampuan suku Indian melihat objek yang jauh, sehingga dijuluki mata elang. Teropong memang membantu tapi bisa pula memanjakan mata. Masih banayak contoh lainnya.
Tulisan ini tak mengajak kita untuk anti teknologi dan balik ke masa purba. Tidak. Teknologi itu berkat, tapi mata juga berkat dari Tuhan yang sama. Tulisan ini mau mengajak kita mengeksplorasi kemampuan mata kita sepenuhnya.